Breaking

LightBlog

Hidup Dimulai Di Umur 30?


Entah siapa yang mulai mengatakan kalau hidup itu dimulai saat umur 30 tahun. Apa sebab-musabab ungkapan ini muncul saya sendiri sudah mencarinya, tapi belum bisa menemukan jawabannya.

Akhirnya, untuk menjawab pertanyaan itu, saya membuat teori sendiri.

Pada umur 30 tahun, kebanyakan orang telah memiliki karir yang baik. Ada juga yang telah membina rumah tangga dan memiliki anak. Di umur segitulah performa seseorang baik pria maupun wanita sedang oke-okenya: tubuh masih bisa diajak bekerja keras, ambisi besar, pengalaman hidup serta bekerja ada, dan jalan berpikir sudah agak matang. Dengan faktor-faktor tersebut, jalan untuk memiliki karir gemilang bisalah dengan mulus digenggam.

Di balik segala keindahan orang-orang berumur 30, ada juga kengeriannya, terutama untuk yang belum memiliki pasangan. Pada umur segitu pertanyaan “kapan nih nikah?” makin santer terdengar. Apalagi saat silaturahmi ke rumah keluarga di hari lebaran. Baru aja minal aidin wal faidin, eh, ditanya begituan. Bikin dongkol aja.

Dari sekian banyak pertanyaan mulai dari: “Apa kabarnya nih?” “Gimana sehat?” “Masih bekerja di tempat yang dulu?” “Puasanya lancar nggak?” Tapi hanya pertanyaan ”kapan nih nikah?” yang paling mudah ditanyakan pada orang-orang berumur 30 yang belum memiliki pasangan. Seakan di atas kepala orang berumur 30 itu ada kalimat bertuliskan, “tanyain kapan dia nikah, buruan tanyain. Biar dia buru-buru nikah. Ayo buruan tanyain!” Padahal mau ditanyain berapa kalipun kalau belum ketemu yang cocok, ya, nggak bakalan nikah jugalah.

Untuk para wanita, persoalan belum menikah di umur 30 ini lebih membebani dibandingkan kaum pria. Apalagi, kata sahabat saya, kalau wanita sudah berumur 35 tahun itu akan lebih beresiko untuk hamil. Saya tidak tahu dan juga tidak berniat mau cari tahu tentang hal tersebut. Menurut saya, kalau memang Tuhan kasih dia hamil di umur 35 atau malah lebih dari umur tersebut, ya berarti memang itu saatnya dia mengandung. Beresiko atau tidaknya, Tuhan pasti tahu yang terbaik untuk umatnya.

Ada fakta unik di tahun 2014 ini: semua orang yang lahir pada tahun 1984, akan berumur 30 tahun! Jadi, untuk kamu, kamu, dan kamu yang ada di belakang kamu, kalau lahir pada tahun 1984, maka usianya di tahun 2014 ini adalah 30 tahun. Yeay! 30 Tahun!

Saya sendiri secara kebetulan —jangan ditanya di mana letak kebetulannya— juga lahir pada tahun 1984. Tahun di mana Justin Bieber belum dilahirkan, karena Justin Bieber itu kelahiran tahun 1994. Dan juga bukan tahun kelahiran Nabilah Ratna Ayu Azalia a.k.a Nabilah JKT48, karena itu lahir tahun 1999 dengan golongan darah B serta memiliki horoskop: Scorpio. Fak! Kenapa saya jadi ngelantur…

Oke, kembali ke topik orang-orang berusia 30 tahun. Lebih spesifik lagi, orang itu adalah saya. Ya, di tahun 2014 ini usia saya sudah 30 tahun. Sudah mapankah hidup saya? Belum. Sudahkah saya menikah? Belum.  Tiba-tiba dari langit keluar cahaya yang membelah awan, dan sebuah suara pria agak kewanitaan menggema berkata, “terus lo mau bilang hidup lo dimulai di umur 30 cyinnnn? Hidup lo naas gitu keles!”

Kampret! Ya, bisa dikatakan hidup saya senaas itu. Naas, bukan nanas. Karena kalau nanas masih bisa dibikin selai buat kue Anastar. Ini naas, yang kalau dikasihkan gratis ke orang-orang udah pasti nggak ada yang mau.

Ya, walau naas, tapi inilah hidup saya. Saya percaya kehidupan itu kadang di bawah kadang di atas. Walau ada juga yang mengatakan hidup itu kadang di bawah, kadang di bawahnya lagi. Tapi, lebih baik saya mempercayai yang kadang di bawah kadang di atas.

Seorang motivator ternama yang saya sudah lupa namanya —sumpah ini bukan lupa karena faktor umur ya, pernah berkata, “Saat hidup sedang di bawah bersegeralah untuk naik ke atas. Saat hidup sedang di atas berlama-lamalah di sana, jangan lekas turun ke bawah.”

Saat motivator itu menyampaikan quote dahsyat itu melalui akun Twitter-nya, saya ingin segera me-reply kicauan tersebut: “@motivatorternama Ente jualan obat kuat ya gan? Bisa COD gak?” Fak! Untung saya segera sadar, dia bukan lagi jualan, tapi lagi memberi inspirasi agar orang yang kehidupannya sedang berada di bawah mau segera berusaha naik ke atas.

Hidup itu memang harus diperjuangkan. Baik itu di umur 30 atau di umur sebelum dan sesudahnya. Dan, saya masih terus berjuang untuk hidup saya. Terus dan terus tanpa pernah menyerah.

Jika memang umur 30 ini adalah awal permulaan saya kembali ke garis start, semoga saja saya bisa sampai ke garis finish dengan gemilang.

Yang pasti, saya merasa bahagia masih bisa diberikan kesempatan sampai ke umur 30 tahun ini. Semoga juga sampai ke umur-umur lain sesudah umur ini.

Sahabat-sahabat saya juga banyak memberikan kejutan untuk memperingati ulang tahun saya kali ini. Tak ada kado yang lebih indah selain ucapan ulang tahun yang diberikan lewat jabatan erat dan pelukan hangat seorang sahabat.

Tulisan ini dibuat setelah saya makan malam di sebuah warung nasi uduk di daerah Cikini, Jakarta Pusat. Di warung yang terletak pada sebuah tikungan ke arah jalan Surabaya itu, ada seorang penyanyi organ tunggal berusia sekitar 40an. Suaranya fales, tampangnya biasa saja, dan yang kasih saweran ke dia juga nyaris tak ada. Walau begitu, dia terlihat bahagia saat bernyanyi. Riak muka membawa keteduhan sendiri bagi para penontonnya.

Nada organ tunggalnya yang carut-marut mengiringi suara falsnya memainkan lagu lama milk Koes Plus. Dengan tersenyum bahagia dia berkumandang, “buat apa susah, buat apa susah, lebih baik kita bergembira…”

source
LightBlog