Breaking

LightBlog

Menjiwai Pecinta Alam (PA)

*Sedikit berbagi uneg-uneg yang ada didalam fikiran. Penulis hanyalah makhluk yang lemah, yang tidak luput dari salah.Tulisan ini dibuat hanya untuk berbagi pemikiran, tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun. Harapannya, jika baik semoga menambah manfaat.*

PA yang sering membuang sampah, jiwanya bukanlah pecinta alam, namun dia hanya penikmat dan perusak alam. Jiwa pecinta alamnya rendah, jauh lebih rendah dari penghargaan terhadap apa yang dinikmatinya. Ibarat setelah dia nikmati, ditinggalkannya alam ini dengan ceceran sampah tak bertuan. Dia hanya pemerkosa alam yang hidup sebagai penikmat keindahan tanpa harus menghargai Tuhan yang sudah memberinya kesempatan melihat keindahan. Dia tidak menghargai hasil kerja relawan pecinta alam dan warga sekitar yang tanpa digaji mau mendedikasikan hidupnya untuk harga kelestarian. Pendakiannya tidak lantas mengingatkan betapa besar rasa syukur yang harus dia ucapkan, betapa besar rasa terima kasih, minimal untuk menjaga sampah yang dibawa sendiri. Minimal tidak meninggalkan sampah yang mencemari tanah dan air yang digunakan warga hilir untuk kebersihan rumah tangganya.

Maaf, PA yang merokok juga, jiwanya bukan pecinta alam. Apakah kita lupa, bahwa tubuh ini juga bagian dari komposisi alam. Semakin sering kita mengisi racun rokok dalam tubuh, semakin rusak tubuh kita. Mulai dari saluran pernafasan, pembuluh darah, jantung, otak dan seluruh jaringan tubuh dirusaknya. Tubuhnya menderita penyakit paru, jantung, stroke dengan komplikasi lain. Sisa hidupnya dihabiskan di atas ranjang perawatan. Semangat kepecintaalamannya tercederai karena perilaku merokok yang sudah merusak tubuh alamnya selama ini.

Maaf, PA yang mabuk, jiwanya juga pecinta alam. Alasan klise karena seharusnya tidak menjadikan minum minuman beralkohol sebagai pilihan solusinya. Ada jaket, sleeping bag, makanan yang masih dapat menghangatkan tubuhnya. Pendaki pemabuk mungkin lupa kalau tubuhnya juga merupakan bagian dari alam yang harus dicintainya. Semakin dia sering menenggak minuman tersebut, semakin hancur lambung, usus, pembuluh darah dan jaringan tubuhnya. Semakin sering dia menenggak barang haram tersebut, semakin buncit perutnya, semakin rusak hatinya, semakin menurun kemampuan kognitifnya, dan semakin rendah produktifitasnya. Selanjutnya, dia jatuh dalam kondisi hati yang membesar, menjadi kanker hati dan berlanjut komplikasi berat. Dan sering tidak tertolong lagi. Lantas, bagaimana dia dapat mencintai alam jika tubuh alamnya saja dia rusak dengan begitu mudahnya.

Jangan kita bangga dengan kepecintaalaman yang kita eluh-eluhkan selama ini. Jika kita belum mencintai diri dan perilaku kita. Ada baiknya sebelum kita mencintai alam yang begitu luas,kita mencintai jiwa raga kita yang juga menyusun komposisi alam ini.

Jiwa dan raga ini adalah pion-pion amanah Tuhan ditugaskan untuk jadi khalifah di permukaan bumi. Jaga kesehatan diri merupakan amanah-Nya. Jika amanah-Nya sudah terjaga, kita bisa turut menjaga amanah Tuhan yang begitu luas, berupa hamparan bumi dan alam semesta. We love Our Health & Our Nature :)  *By Saif

source: http://muhamadsaifuddin.wordpress.com
LightBlog