Deru air yang jatuh dari ketinggian dan menimpa bebatuan di bawahnya tak bisa bersembunyi dari penjelajahan manusia.
Gunung Salak seperti diberkahi oleh curug-curug amat indah yang membelah mengelilinginya. Curug yang artinya air terjun itu tersembunyi di antara rerimbunan pohon. Namun deru air yang jatuh dari ketinggian dan menimpa bebatuan di bawahnya tak bisa bersembunyi dari penjelajahan manusia.
Saat menginap di Vila Botani Tajurhalang Bogor, saya melihat sebuah plang nama—Curug Putri Pelangi. Namanya membuat penasaran, sehingga saya menengok esok harinya.
Jalanan menanjak namun diganjar pemandangan yang indah. Melintasi ladang yang dipenuhi nanas dan talas, di sisi kiri terhampar daerah Puncak dan Sentul. Harus berhati-hati terutama yang menggunakan kendaraan roda empat yang ceper. Sebab, beberapa ruas jalan jalur rodanya berlubang cukup dalam akibat seringnya dilalui kendaraan bak terbuka yang mengangkut hasil perkebunan. Mobil ceper akan tersangkut rerumputan yang berada di tengah jalan.
Jalan mulai bagus ketika mendekati kantor pengelola. Sudah dibeton selebar 5 meter. Ada rencana dari kantor pengelola ini bisa langsung menuju ke lokasi. Untuk sementara masih harus melalui jalur belakang. Untuk menuju ke curug kita harus melalui sekitar 400 anak tangga. Beberapa batu besar di tebing yang berpotensi longsor disangga beton penahan.
Capai menuruni tangga terbayarkan begitu sampai lokasi. Apalagi di bawah limpasan air terjun sudah dibikin semacam kolam renang. Meski dingin, tapi berendam di sini jadi obat pelepas lelah. Bagian bawahnya cenderung berlumpur sehingga ketika air beriak maka akan menjadi keruh.
Dulu curug ini diberi nama Curug Putri. Selain dinamai Curug Putri air terjun ini juga dinamai Curug Kuwung-kuwung karena di tempat ini sering muncul pelangi (kuwung–kuwung) terutama sesudah turun hujan di siang hari. Tak perlu hujan pun kadang muncul pelangi karena air terjun ini menghadap ke matahari terbit.
Makanya, dari pinggir kolam kita bisa menatap pelangi meski harus dengan mata yang tajam. Atau menunggu gerimis dan sinar mentari datang bersamaan.
Dari dua nama tadi, curug ini lalu diberi nama Curug Putri Pelangi (CPP). Pengelola mengutip uang masuk Rp5.000 per pengunjung. Ada fasilitas kamar bilas buat yang selesai mandi di kolam pancuran.
Dari terminal bus Baranangsiang menuju situs ini jaraknya 9 kilometer. Bisa ditempuh dengan menggunakan angkot 06 dan 13, berwarna merah. Dilanjutkan dari BTM dengan angkot 04A hijau jurusan Ramayana-Cihideung.
Lokasi situs terletak sekitar tiga kilometer dari pinggir jalan raya yang dapat ditempuh dengan ojek sepeda motor atau berjalan kaki menelusuri jalan setapak melewati perkebunan teh.
Tahun 2009 di lokasi situs terdapat beberapa bangunan sederhana terbuat dari bilik beratap rumbia untuk sekedar beristirahat. Oleh karena itu, tempat ini banyak dikunjungi pengunjung untuk menikmati air terjun atau hanya sekedar menyepi dari keramaian. Setiap bulannya pengunjung ke tempat ini berjumlah tidak kurang dari 150 orang, terutama para remaja. Di antara mereka malahan ada yang mendirikan kemah untuk bermalam.
(Gloria Samantha)
source: nationalgeographic.co.id/