Breaking

LightBlog

Saatnya Indonesia Kembangkan Wisata Muslim

Salah satu peragaan busana dalam Jakarta Islamic Fashion Week, JCC. Indonesia dinilai mampu menentukan arah tren fesyen muslim. (Gloria Samantha)
Berdasarkan data Pew Research Centre Forum on Religion and Public Life, sebuah lembaga riset dunia, rata-rata angka pertumbuhan Muslim di dunia mencapai 1,5 persen setiap tahunnnya. Hal ini dipandang sebagai potensi besar dalam industri pariwisata global.

Masih berdasarkan data yang sama, sektor makanan dan minuman halal adalah pengeluaran terbesar umat Muslim di dunia. Angka pengeluaran di sektor ini mencapai 16,6 persen dan diperkirakan akan terus bertambah.

Fakta di atas menunjukan wisata Islam atau wisata syariah sudah menjadi industri yang patut diperhitungkan di dunia. Membaca peluang tersebut, pariwisata Indonesia ke depan juga akan membuka diri terhadap konsep wisata Islam.

Wisata syariah tidak sekadar urusan halal dan haram saja. “Karena ada persektif bahwa wisata syariah itu tentang halal-dan-haram, jadi menakutkan. Padahal tidak, ini masalah penyediaan fasilitas," tutur Wakil Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar, Senin (12/5) di Jakarta.

Sapta mengungkapkan pihaknya tengah menyiapkan proses sertifikasi dan legalisasi melalui kerja sama dan komunikasi dengan Majelis Ulama Indonesia. Utamanya pelaku bisnis yang disasar adalah penyedia barang dan jasa dalam industri pariwisata seperti hotel, restoran, termasuk busana Muslim dan kosmetik halal.

“Sebenarnya fasilitas wisata Islam di kita ini telah ada, hanya saja deklarasinya yang belum terdengar. Banyak sekali restoran yang mengantongi sertifikat halal, hanya belum ada deklarasi. Puluhan hotel yang sudah menyebutkan hotel syariah,” ucap Sapta.

Kerangka besar turisme Islam pun meliputi hal-hal yang sifatnya immaterial, seperti pelayanan ramah dan santun. Semua fasilitas itu mencirikan hal-hal yang Islami dan yang dicari para wisatawan Islam mancanegara.

Indonesia juga akan menjadi tuan rumah The First OIC International Forum on Islamic Tourism 2014. Acara ini digelar pada 2-3 Juni 2014. Rencananya, forum yang akan membahas prospek dan tantangan pariwisata Islam ini dihadiri 57 negara Islam dunia anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Forum ini disambut baik juga oleh para pelaku bisnis. Setiap perwakilan negara juga membawa rombongan pengusaha dan pelaku bisnis bidang pariwisata.

“Nanti bagaimana kita bisa mengambil peluang bisnis dalam pariwisata Muslim ini,” ungkap Direktur Eksekutif Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah Ismi Kushartanto. Direktur Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri Hasan Kleib menambahkan, pertemuan internasional perdana mengenai turisme Islam ini sangat menjanjikan.

Merujuk pada data State of The Global Islamic Economy 2013, pengeluaran masyarakat Muslim untuk mode mencapai US$224 miliar pada 2012. Target pengeluaran pada 2018 adalah US$322 miliar. Pasar Indonesia berada di posisi ketiga konsumsi adibusana Muslim—di bawah Turki dan Iran.

Panduan Wisata

Di Indonesia, jumlah Muslim mencapai angka 88,1 persen dari jumlah penduduk. Buku panduan dari Kemenparekraf menyebutkan Indonesia mengarahkan wisata Islam ke wilayah-wilayah jajaran pulau Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara Barat. Hal ini berarti mulai dari Aceh, Sumatra Barat, Lampung, seluruh Jawa, dan Lombok.

Tempat-tempat menarik yang ditampilkan tidak terlalu berbeda dengan tempat atau atraksi turistik yang biasa ditawarkan. Di petunjuk wisata Islam Indonesia, ada beberapa tambahan tempat yang lebih memiliki nilai religi bernapaskan Islam baik masjid atau surau, maupun berbagai peninggalan sejarah terkait penyebaran agama Islam di Tanah Air. source
LightBlog