Breaking

LightBlog

Wisatawan Mulai Mengalir, Intip Kelud Pascaerupsi

Sejumlah wisatawan lokal melihat kondisi Gunung Kelud pascaerupsi di Desa Kutukan, Kecamatan Garum, Blitar, Jawa Timur
Satu setengah bulan pascaerupsi, kawasan Gunung Kelud kembali diminati wisatawan. Dalam satu hari, kawasan ini rata-rata dikunjungi 100 sampai 200 wisatawan, baik asing maupun lokal. Para pengunjung penasaran dengan kondisi Kelud usai meletus pada 13 Februari 2014 lalu.

Menurut Gunawan, Staf Dinas Pariwisata Kabupaten Kediri, untuk Kawasan Wisata Kelud, saat ini pengunjung masih didominasi wisatawan lokal. “Kebanyakan datang dari kota-kota di sekitar Kediri. Ada yang dari Malang, Blitar, dan Surabaya. Mereka penasaran melihat pemandangan Kelud pascaerupsi,” ujarnya.

Puncak luberan pengunjung terjadi pada akhir pekan dan hari-hari libur. Menurut Gunawan, jumlah pengunjung yang datang tidak sebanyak sebelum Kelud meletus.

Hanya saja, Gunawan yakin kondisi ini akan berangsur kembali normal setelah Kelud dinyatakan benar-benar aman dikunjungi sampai di puncaknya.

Saat ini, pengunjung baru bisa menikmati dampak kerusakan pada radius tiga kilometer dari puncak. Petugas memasang pagar agar tidak ada pengunjung yang nekat mendekati puncak Kelud yang sudah berubah menjadi kaldera itu.

“Kelud tetap kami buka, tetapi di radius tiga kilometer dari puncak yang masih berbahaya untuk didekati. Jadi, kami pasang pagar agar tidak ada yang menyerobot masuk,” kata Khoirul Anam, Kepala Pos Pantau Gunung Kelud.

Menurut Khoirul, pembukaan ini dilakukan melalui pertimbangan yang matang. Dengan status Gunung Kelud yang masih level waspada, kawasan ini tidak bisa dibuka sepenuhnya.

Tim ekspedisi TNI melihat kondisi Gunung Kelud pascaerupsi, Sabtu (22/3/2014).
Khoirul melanjutkan, masih sering terjadi letusan sekunder di aliran lahar dingin di sekitar puncak. Letusan itu terjadi saat kondisi hujan. Air hujan yang dingin membuat material lahar yang panas bereaksi menimbulkan uap panas. Letusan sekunder ini bisa melontarkan material sampai ketinggian 200 meter.

Khoirul mengimbau agar pengunjung tetap waspada karena rasa ingin tahu warga terhadap kondisi Kelud pascaerupsi sangat tinggi.

“Kami buka ini kan untuk menjawab rasa ingin tahu warga, namun tetap kami pantau. Kalau ditutup malah kami akan kesulitan memantau karena warga banyak yang nekat masuk lewat 'jalur tikus',” tambah Khoirul. (Surya Online) source
LightBlog