Breaking

LightBlog

Legenda Indonesia Yang Di Lupakan

Legenda Indonesia, julukan itu pantas di sematkan untuk dan kepada seseorang wanita Indonesia, Clara Sumarwati, yang dinobatkan dunia sebagai wanita Indonesia pertama dan wanita Asia Tenggara pertama yang mencapai Mount Everest. Tetapi, julukan itu seperti hilang di telan bumi, hilang tanpa bekas. Entahlah, cerita tentang beliau di hilangkan atau hilang, masih menjadi pertanyaan hingga kini.

Saat ini, dirinya masih memimpikan mendaki 4 puncak gunung tertinggi lainnya. Keempat puncak gunung itu adalah di Gunung Elbrus ( Rusia ), Gunung Vincon Massive ( Antartika ), Gunung Denali ( Amerika ), dan Pegunungan Kilimanjaro ( Afrika Selatan ). Clara sangat ingin bisa mendaki keempat puncak gunung tertinggi di dunia itu. Tetapi, pada tahun 1997 Clara harus masuk Rumah Sakit Jiwa di Magelang. Clara diduga mengalami gangguan kejiwaan karena merasa prestasinya kurang dihargai. "Pemicunya antara lain dia punya prestasi mendaki Mount Everest, tetapi dia merasakan kurang dihargai oleh lingkungan. Dia tidak dihargai bahwa pernah ke sana," ungkap Haryono Padmo Sudiro Spk, di RSJ Prof Soerojo, Magelang, Jawa Tengah.

Menurut Haryono, kekesalan tersebut menimbulkan rasa frustasi pada diri Clara. Terlebih hal itu dialami secara berkepanjangan sehingga menimbulkan perasaan dimusuhi orang lain. Hal lainnya yang juga bisa menjadi penyebab adalah sejumah peristiwa dalam proses pendakian yang dialami Clara. Menurut Haryono, Clara mengaku sempat membuka alat pernapasan saat berada di puncak Everest. Itu merupakan faktor ketegangan - ketegangan yang bisa menimbulkan orang tension atau coincident, yaitu mengalami kejadian yang menakutkan. Sebab kekurangan oksigen menyebabkan rasa nyeri yang tidak karuan.


Apapun tanggapan orang yang meragukan pendakian Clara Sumarwati menuju Everest, prestasinya itu juga menjadikan dirinya orang Asia Tenggara yang pertama sampai di puncak Everest, yaitu pada tanggal 26 September 1996. Namanya dan tanggal pencapaiannya tercatat antara lain di buku - buku Everest karya Walt Unsworth ( 1999 ), Everest: Expedition to the Ultimate karya Reinhold Messner ( 1999 ) dan website EverestHistory.com, sebuah referensi andal akan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendakian gunung di dunia.

Kesangsian akan peristiwa bersejarah yang dicatatnya itu datang dari berbagai pihak di tanah air, semata - mata karena dianggap tidak memberi cukup bukti, contohnya seperti foto yang menunjukkan ia memegang bendera yang tertancap di puncak. Namun di berbagai sumber pencatatan dunia, Clara diakui sebagai penakluk puncak Everest ke - 836. Masyarakat pendaki gunung internasional pun sudah maklum bahwa Clara adalah orang Indonesia dan juga orang Asia Tenggara pertama yang sampai ke puncak Everest.

KIni, Belantara Indonesia kedatangan tamu di Basecamp dari Jakarta, Agung dan Ijoel. Mereka meminta dukungan dan naungan, untuk kembali membangkitkan kenangan dan kebanggaan kaum pendaki gunung kepada Clara Sumarwati sang pendaki sejati . Rencana yang telah di susun dan akan diwujudkan adalah ( berdasar hasil rapat intern di basecamp Belantara Indonesia di Jogja ) Di mulai dari Jakarta menuju Jogjakarta dengan bersepeda pancal!

Dan sesampai di Jogjakarta akan berusaha semampu mungkin untuk bertemu dengan penguasa Jogja, Sultan Hamengku Buwono X dan menunjukkan kepada beliau Sultan, bahwa di Jogja ada legenda pendakian gunung Everest yang dilupakan, Clara Sumarwati. Dan selama perjalanan dari Jakarta, akan mampir di Universitas - Universitas sepanjang jalur Jakarta - Jogjakarta guna meminta dukungan Mapala - Mapala dalam bentuk moral dan juga material jika berkenan.


Kami bangga, menjadi tempat pilihan untuk bernaung dan membawa panji Belantara Indonesia dalam kegiatan sosial adalah keharusan dan impian bagi organisasi nirlaba di Indonesia dan dunia. Dan juga untuk mengingatkan bagi para pecinta alam di Indonesia untuk tak mudah melupakan legenda bangsa yang telah sekuat tenaga mencapai Everest membawa nama bangsa.

Pencapaian gunung Everest adalah pencapaian luar biasa bagi wanita Indonesia, dan yang meragukan pencapaian itu hanyalah suatu anggapan, Puncak bukan segalanya , jika tak menggapai puncak, berarti pendakian bohong atau pendakian tak berguna. Benarkah? Clara yang kini berusia sekitar 47 tahun mengaku berhasil mencapai puncak gunung tertinggi di dunia, 8.848 mdpl, itu pada April 1996. Namun, dia tidak memiliki foto atau dokumentasi saat berada di puncak gunung yang jadi dambaan banyak pendaki itu. Itulah yang diragukan banyak orang yang mengaku pendaki hebat. Entah ada iri darimana? gapailah sendiri jika mampu!

Kini, kami Belantara Indonesia hanya ingin memberi penghargaan dan dukungan mental bagi Ibu Clara atas kehebatannya, kami percaya, Clara Sumarwati telah sampai di ujung dunia, Everest. Itu saja tak lebih. Tambahkan legenda gunung Indonesia di pikiran dan hati anda semua, disamping Norman Edwin dan Soe Hoek Gie , tambahkan dengan satu nama: Clara Sumarwati sang pendaki sejati.

Kami juga berharap, ada banyak kawan yang mendukung kami untuk misi ini, doa dan harapan baik kami nantikan, semoga kami berhasil mengubah perilaku pecinta alam sejati, untuk mengatakan, puncak bukan segalanya, dan Everest adalah pencapaian hebat dan tak mudah untuk menuju kesana, hanya manusia pilihan alamlah yang bisa menggapainya, walau hanya di setitik kecil lereng bersaljunya. scr
LightBlog