TUMPANG- Para pendaki yang ingin mendaki Gunung Semeru harus mengurungkan niatnya. Lantaran Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menutup jalur pendakian mulai Senin (6/1), hingga bulan April mendatang. Penutupan jalur pendakian, akibat terjadinya badai besar dan pemulihan ekosistem di Gunung Semeru.
Kepala Seksi PTN Wilayah II TNBTS Novita Kusuma Wardani mengatakan, cuaca di Gunung Semeru yang buruk sangat membahayakan bagi para pendaki. “Tidak hanya badai pasir, juga terdapat badai hujan. Angin yang kencang tentunya sangat membahayakan keselamatan para pendaki,” ujarnya kepada Malang Post kemarin.
Dijelaskannya, sejak Senin (6/1) itu juga di depan pintu pendakian sudah dipasang larangan untuk mendaki. Termasuk petugas Pos Ranu Pane juga melakukan pengawasan yang ketat bagi masyarakat yang akan beraktivitas di sekitar tempat tersebut. Petugas tidak mau kecolongan ada pendaki yang nekat mendaki. “Bagi pendaki yang terlanjur naik ke Pos Ranu Pane langsung diarahkan petugas kami untuk kembali. Hingga sekarang, tidak ada pendaki yang melanggar maupun nekat untuk mendaki,” beber wanita berjilbab ini.
Sedangkan faktor penutupan lainnya yang tak kalah penting adalah pemulihan ekosistem yang ada di Gunung Semeru. Seperti diketahui, saat pergantian tahun beberapa waktu lalu, tercatat sekitar seribu pendaki yang mendaki Gunung Semeru. Keberadaan mereka, tentunya merusak ekosistem sekitar. Seperti menginjak tanaman, menebas pohon serta tumbuhan dan yang paling krusial adalah membersihkan sampah, yang dibuang begitu saja oleh para pendaki.
“Kami bersama pencinta alam, komunitas lingkungan, relawan sudah menyisir jalur pendakian untuk dilakukan pembersihan pada akhir pekan kemarin,” katanya. Hasilnya, sampah yang diberhasilkan sangat banyak. Keadaan seperti inilah, dikatakannya sangat membahayakan ekosistem yang ada di sekitar Gunung Semeru. “Untuk itu, jalur pendakian semetara ini kami tutup. Tujuannya, agar ekosistem yang ada di sekitar Gunung Semeru dapat kembali seperti sedia kala,” jelasnya.
Dia menambahkan, penutupan jalur pendakian tersebut juga berpotensi diperpanjang. Mengingat untuk pembukaan kembali, harus dilakukan survey terlebih dahulu. Hasil survey itu nanti, menjadi bahan pembuat keputusan, apakah penutupan jalur pendakian akan diperpanjang atau tidak. “Apalagi cuaca juga tidak menentu seperti ini. Kalau belajar dari pengalaman tahun lalu, April sudah bisa dibuka. Namun, dengan catatan cuaca juga mendukung dan ekosisitem skitar sudah pulih,“ tutupnya. (big/aim)
source: malang-post.com