MOHAMMAD Ruly berjalan tergopoh melewati kepungan kabut di kawasan Kalimati, Gunung Semeru, Jawa Timur, Rabu (1/1/2014), yang berada di ketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut. Meski letih, kegembiraan terpancar di wajah pria asal Pekanbaru, Riau, tersebut.
Ruly baru turun dari Mahameru, puncak Semeru, yang berketinggian 3.676 meter, di tengah pekat kabut dan hujan lebat, demi merayakan pergantian tahun. Ia mengaku puas karena baru kali ini mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa dan berhasil mencapai puncaknya. ”Memang capek, sih, tetapi semuanya terbayar lunas karena bisa sampai puncak. Senang banget pokoknya,” ujar pria berusia 27 tahun tersebut.
Menurut Ruly, merasakan malam pergantian tahun di puncak gunung bukan sekadar sensasi. Mencapai ketinggian dengan menghabiskan waktu selama hampir 16 jam dari pos pendaftaran di Desa Ranu Pani, Kabupaten Lumajang, menjadi simbol perjuangan hidupnya selama 2013.
”Di puncak sana, saya merefleksikan perjalanan hidup saya dan bersyukur atas anugerah Tuhan selama tahun lalu. Saya juga berharap agar selalu diberikan rezeki selama tahun yang baru ini,” ucap Ruly.
Alasan Ruly memilih gunung sebagai tempat perayaan malam pergantian tahun karena ia ingin mencari suasana yang tenang dan damai. Hal tersebut tidak mungkin ia dapatkan di kota yang penuh dengan ingar-bingar.
Suasana malam Tahun Baru di Gunung Semeru memang jauh dari hiruk-pikuk keramaian kota. Tidak ada bunyi terompet, kembang api, petasan, raungan knalpot yang bising, dan gemerlap lampu. Yang terdengar hanya bunyi gemuruh badai dan rintik hujan.
Yonas (20), pendaki lain, juga menikmati suasana malam Tahun Baru di Mahameru dengan alasan serupa. Demi mencapai puncak, dia tidak menghiraukan hujan yang tak kunjung reda, hawa dingin yang menusuk tulang, dan kabut tebal yang menyelimuti Semeru, saat berangkat dari Kalimati, Selasa (31/12/2013) pukul 23.30.
Kalimati merupakan lokasi perkemahan terakhir para pendaki, yang berjarak 2,7 kilometer dari Mahameru. Dengan pertimbangan cuaca, sebagian pendaki lain memilih menginap di lokasi yang menyisakan empat hingga enam jam perjalanan dari Mahameru tersebut.
Sambil mengusap keringat bercampur air hujan yang membasahi dahinya, Yonas menuturkan, dia memang bertekad melewati malam pergantian tahun dari 2013 ke 2014 dengan suasana yang berbeda. ”Tahun Baru di kota paling begitu-begitu saja. Jadi, saya ingin sesekali merasakan suasana Tahun Baru di Gunung Semeru,” kata mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri di Kota Malang itu.
Sebelumnya, Yonas sudah dua kali mendaki Gunung Semeru dan satu kali mencapai puncak, tetapi tidak pada momen Tahun Baru. ”Kalau sudah bisa sampai di puncak, rasanya puas meski kali ini tidak bisa menikmati sunrise (matahari terbit),” ujar Yonas dengan napas tersengal.
Yonas baru turun dari Mahameru bersama Siska (20), temannya sesama mahasiswa di Malang. Siska juga mengaku
senang bisa menikmati hari pertama tahun 2014 di Semeru. ”Tahun Baru kali ini terasa istimewa,” ucap mahasiswi semester lima yang baru pertama kali mendaki Gunung Semeru.
Medan licin
Mendaki Semeru pada musim hujan tidak mudah karena medan yang cukup terjal dan licin. Ratusan pendaki yang ingin merayakan pergantian tahun di puncak umumnya bertolak dari pos pendaftaran di Ranu Pani, Senin (30/12/2013). Mereka berjalan perlahan di bawah guyuran hujan di sepanjang jalur pendakian.
Perjalanan melelahkan yang menguras keringat dan mental tidak membuat para pendaki mengurungkan niat mereka. Saat berpapasan atau berjumpa dengan pendaki lain, biasanya mereka saling memberikan semangat.
Jarak dari titik awal pendakian, mulai dari Desa Ranu Pani hingga Ranu Kumbolo, yang menjadi salah satu lokasi perkemahan terbesar, berjarak sekitar 10,5 kilometer. Waktu tempuhnya antara empat dan enam jam berjalan kaki.
Dari Ranu Kumbolo, pendaki akan melintasi sabana yang memesona di Oro-oro Ombo, deretan hutan pinus di Cemoro Kandang, hingga tiba di Kalimati, sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak. Jarak antara Ranu Kumbolo dan Kalimati 7,5 kilometer yang dapat ditempuh tiga hingga empat jam.
Selain puncak, kawasan Ranu Kumbolo menjadi salah satu lokasi yang dipilih sebagian pendaki untuk menikmati malam Tahun Baru. Seperti Sam (38) dan sembilan rekannya asal Surabaya. Bagi mereka, suasana hening di gunung merupakan lokasi yang tepat untuk merefleksikan diri serta membuat resolusi pada 2014.
Danau seluas 15 hektar itu memukau banyak pendaki dengan warnanya yang kehijauan saat dilihat dari kejauhan. Pasca-pemutaran film 5 cm, Ranu Kumbolo semakin banyak dikunjungi.
Demi mencegah membeludaknya pengunjung dan mencegah kerusakan lingkungan, pihak Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) membatasi kuota pendaki, yakni hanya 500 orang per hari. Setiap rombongan pendaki juga diwajibkan membawa sampah mereka turun untuk diserahkan di pos pendaftaran
Kepala Balai TNBTS Ayu Dewi Utari mengungkapkan, setelah pergantian tahun, Gunung Semeru ditutup untuk pendakian selama tiga bulan demi pemulihan ekosistem. Selain malam Tahun Baru, Semeru juga dipadati pendaki pada 17 Agustus, saat peringatan Hari Kemerdekaan RI.
Merayakan momen penting dengan mendaki Gunung Semeru, memang memberikan kesan tersendiri bagi para pendaki. Selain mengejar matahari terbit, mereka juga mencari suasana damai yang tak pernah mereka dapatkan di kota-kota besar yang sumpek. (FRN/JUM/ESA/ILO)
source: travel.kompas.com