Rabu, 20 November 2013
Pukul 16.00 WIT semua peserta kegiatan kenal medan divisi panjat tebing berkumpul di samping sekretariat Darmapala untuk melakukan briefing perjalanan menuju Desa Saleman. Keseluruhan peserta yang mengikuti kegiatan sebanyak 12 orang dari berbagai daerah, pada saat itu kami belum saling mengenal satu sama lain.
Seusai briefing kami bersiap-siap untuk melakukan perjalanan menuju lokasi kegiatan. Kami berangkat dari Universitas Darussalam (Tulehu) pukul 17.00 WIT dengan transportasi bus kecil yang bermuatan kurang lebih 20 orang terdiri dari peserta dan panitia. Sekitar 45 menit perjalanan kami sampai di pelabuhan Liyang yang juga masih berlokasi di Tulehu. Pukul 18.00 WIT kapal feri mulai beranjak menuju pulau Seram. di kapal kami berbarengan dengan rombongan diving dan caving, kami mulai berbincang dan berkenalan satu sama lain, peserta dari divisi caving sebanyak 25 orang sedangkan diving sangat sedikit sekali, hanya empat orang.
![]() |
Perjalanan di Kapal Feri |
Dalam perjalanan menuju pulau seram, sunset di ufuk barat menemani perjalanan kami, hari mulai gelap, udara mulai dingin, tak terasa dalam perjalanan, semua terbayarkan oleh perbincangan hangat kami. Pukul 19.45 WIT sampailah kami di pelabuhan Waipirit-Salahutu (Pulau Seram), panitia pun menghimbau semua peserta untuk kembali masuk kedalam bus dan melanjutkan perjalanan menuju Desa Saleman. Desa ini merupakan Desa terakhir untuk menuju lkasi kegiatan, idealnya perjalanan menuju Desa Saleman dapat ditempuh dalam waktu 4 sampai 5 jam perjalanan, namun pukul 23.00 WIT bus berhenti di sebuah warung makan dan kami ishoma disana.
Perjalanan ke Salahutu |
Pukul 01.00 WIT kami kembali melanjutkan perjalanan. Perut sudah kenyang, tidur pun,nyenyak selama perjalanan, dan tak terasa sampailah kami di Desa Saleman pukul 03.00 WIT. Sesampainya disana kami langsung menuju Balai Desa Saleman, untuk sementara waktu kami tinggal di Balai Desa karena menurut adat setempat setiap pendatang wajib bermalam dan melakukan upacara adat.
Briefing |
Desa Saleman merupakan sebuah perkampungan yang terletak di pesisir pantai dan ditempati kurang lebih 400-500 kepala keluarga. Secara administratif desa Saleman terletak di kabupaten Maluku Tengah, kecamatan Seram Utara Barat. Mata pencaharian sebagian penduduk adalah sebagai nelayan, rata-rata pada setiap kepala keluarga di desa ini juga beternak kambing dan diumbar layaknya ayam kampung. Sarana pendidikan seperti SD, SMP, dan SMK serta pusat pelayanan kesehatan juga sudah ada di desa ini.
Pukul 09.00 WIT panitia mengumpulkan semua peserta untuk briefing upacara adat yang akan dilaksanakan sore harinya. Sembari menunggu dilaksanakan nya upacara adat kami memanfaatkan waktu untuk mandi dan mempersiapkan makan siang. Setelah semuanya beres kami pun segera melakukan santap siang.
Hingga saatnya tiba Pukul 16.30 WIT kami semua berkumpul di halaman Balai Desa untuk bersiap-siap melakukan upacara adat yang akan dilaksanakan di rumah ketua adat yang berada tepat di depan Balai desa. Upacara dilakukan oleh beberapa pemuka adat Desa Saleman dan tiga perwakilan dari panitia, para pemuka adat mulai membacakan kalimat-kalimat pujian adat setempat kemudian tiga perwakilan dari panitia diminta berlari mengikuti para pemuka adat untuk menuju suatu tempat yang diyakini memiliki kekuatan oleh adat setempat. Setelah para pemuka adat dan tiga perwakilan dari panitia kembali ke rumah ketua adat semua peserta dan panitia diberikan sehelai kain berwarna merah untuk dijadikan sebagai gelang, ketua adat pun memberikan petuah-petuah untuk menjaga etika selama berkegiatan dan larangan menggunakan baju berwarna merah selama kegiatan berlangsung.
![]() |
Upacara Adat |
Setelah upacara selesai kami bersiap untuk melakukan perjalanan menuju flying camp. Pukul 17.00 WIT kami mulai melakukan perjalanan menyusuri tepi pantai desa saleman dan mendirikan flying camp di sebuah tempat yang bernama Pantai Belanda. Sebagian peserta mendirikan tenda dan membuat shelter sementara sebagian peserta yang lain memasak untuk makan malam. Pantai ini oleh penduduk setempat dinamakan Pantai Belanda karena pada jaman penjajahan Portugis tentara belanda singgah dan menetap disini. Pantai Belanda dipilih sebagai lokasi camp oleh panitia dikarenakan ketersediaan sumber air tawar yang paling dekat dengan lokasi kegiatan kenal medan panjat tebing.
Pukul 19.40 WIT kami makan malam dan setelah itu memanfaatkan free time untuk berbincang-bincang dan memperkenalkan diri satu sama lain, 12 peserta kenal medan panjat tebing berasal dari berbagai organisasi pecinta alam di seluruh Indonesia diantaranya; Suneo-Mapalastain (Palopo), Kaleng-Bramatala (Bandung), Komodo-mapala unismu (Gorontalo), Idik-Mastiapala (Ambon), Irex-Gemalawa (Pekalongan), Togog-Ighopala (Cilacap), Lauser-palaspa (Palembang), Nippon-Mapalastainu (Tolitoli), Leo-Himapala (Samarinda), Batak-mapalaPGRI (Palembang), Afgan-(Makasar), dan saya sendiri Kornet-Mapala Unisi (Yogyakarta) serta tiga panitia yang mendampingi kami Ahmad, Opan, dan Caca dari Darmapala(Ambon).
Pukul 22.00 panitia kembali mengkoordinasi peserta untuk melakukan briefing kegiatan keesokan harinya, pada briefing ini panitia menghimbau kepada peserta untuk menyiapkan makan siang dari flying camp, kegiatan untuk hari pertama adalah pengenalan dan observasi tebing. Setelah briefing selesai kami kembali ke tenda untuk beristirahat.
Air Beland |
Jum’at, 22 November 2013
Pukul 07.00 WIT Idi ketua regu mulai mebangunkan kami dari tidur. Kami segera bangun, bersih-bersih serta memasak untuk sarapan sekaligus makan siang nanti, setelah masakan matang pukul 08.15 WIT kami sarapan pagi kemudian packing dan persiapan untuk menuju ke lokasi kegiatan.
Pukul 09.00 perahu motor atau katingting sudah menjemput dan siap mengantarkan kami menuju lokasi kenal medan panjat tebing, rombongan dibagi menjadi dua regu karena muatan perahu yang terbatas. Perahu mengantarkan rombongan pertama ke lokasi dan kembali lagi ke camp untuk menjemput rombongan kedua. Dalam perjalanan menuju tebing Sawai kami menikmati pemandangan sekitar, tebing-tebing yang menjulang tinggi dengan gagahnya, keindahan terumbu karang di dalam laut yang begitu jernih, dan sekumpulan biota laut yang terlihat didalamnya.
![]() |
Otw ke Tebing |
Lokasi Kegiatan |
Tak terasa di perjalanan sampailah kami di lokasi pukul 09.35 WIT. Sesampainya di tebing kami melakukan observasi, tebing yang digunakan sebagai lokasi kenal medan ini memiliki ketinggian 200-250 meter berbatasan langsung dengan laut, jenis batuan nya merupakan batuan karst dan cukup rapuh, terdapat satu jalur sport yang sudah jadi sekitar 15 meter dengan 4 hanger yang dibuat oleh panitia dan di samping kirinya terpasang 2 hanger yang belum di selesaikan. Top untuk panjat artificial ditentukan oleh panitia dengan ketinggian 150-175 meter. Di tebing terdapat berbagai coretan-coretan bekas kerusuhan ambon silam. Menurut penjelasan panitia tebing ini belum pernah digunakan untuk kegiatan pemanjatan sebelumnya, terdapat jalur yang digunakan Norman Edwin – Mapala UI beberapa tahun silam yang berlokasi sekitar 500 meter di sebelah kiri tepatnya dibalik tebing kenal medan ini, dan jalur pemanjatan YEPE Malang yang berlokasi agak jauh dari lokasi kegiatan berada di sebelah kiri. Untuk kegiatan TWKM XXV ini panitia membuat panggung sepanjang 20 meter dari bambu untuk belayer.
Tebing Sawai |
Jenis Batuan |
Pukul 11.00 WIT sebagian peserta dan panitia dijemput dengan perahu motor atau biasa disebut katingting oleh penduduk setempat untuk melaksanakan sholat jum’at di Desa Saleman, sebagian peserta yang tidak melaksanakan sholat jum’at makan siang terlebih dahulu. Sambil menunggu rombongan sholat jum’at kembali kami pun bersantai dan bermain-main disekitar lokasi. Pukul 13.00 WIT rombongan sholat jum’at pun telah kembali, makan siang dan pukul 14.00 WIT kami memulai kegiatan pemanjatan. Saat kegiatan pemanjatan peserta dibagi menjadi dua regu, regu untuk sport climbing dan artificial climbing. Saya sendiri masuk dalam regu artificial climbing bersama dua rekan saya Irex dari Gemalawa Pekalongan, dan Leo dari Mahipala Samarinda.
![]() |
Kornet |
Pukul 14.15 WIT, kami mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pemanjatan. Saya yang ditunjuk sebagai leader mulai membuat jalur pemanjatan di belay oleh Irex, pengaman pertama yang saya pasang yaitu chok stoper ukuran kecil memanfaatkan rekahan batuan tebing yang ada, karena pada awal-awal pemanjatan banyak rekahan tebing, saya memasang friend untuk pengaman kedua dan memanfaatkan lubang tembus pada pengaman ketiga. Selanjutnya saya menemui kendala dalam memasang piton angle ring dimana batuan selalu rompal ketika ditanamkan piton, untuk alternatif lain saya menempatkan skyhook lebih tinggi dan menjumpai lubang tembus. Pada ketinggian 10 meter keatas saya baru yakin untuk memasang piton dengan pertimbangan tiga pengaman pertama sudah kuat.
Setelah memasang beberapa pengaman dan mencapai ketinggian sekitar 20 meter waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIT. Panitia mengingatkan untuk segera turun dan persiapan cleaning alat. Instalasi pitch1 belum sempat dibuat, namun harus bagaimana lagi, kemudian saya turun dengan di slake oleh belayer kemudian tali di cleaning dari jalur. Pukul 16.30 WIT kami membantu panitia untuk packing alat sambil menunggu jemputan katingting. Pukul 17.00 WIT tepat jemputan datang, dan kami kembali menuju flying camp. sesampainya di camp kami bersih-bersih, dan memasak untuk makan malam nanti. Pukul 19.30 WIT setelah makanan siap, kami mulai makan malam, logistik dari panitia yang hanya berisi beras, mie instan, dan ikan asin telah diubah menjadi hidangan yang begitu nikmat oleh Suneo juru masak regu kami. Setelah makan kami bersantai sambil menikmati kopi panas dan snack sambil menunggu agenda briefing dan evaluasi yang diadakan pukul 22.00 WIT setiap harinya.
Pukul 22.00 WIT kegiatan briefing dan evaluasi dimulai. Rekan saya (Batak) menyampaikan aspirasinya untuk melepas dua hanger pada jalur sport yang belum diselesaikan oleh panitia karena menurut dia grade nya terlalu rendah, kemudian menambah 3 hanger pada jalur sport yang sudah jadi dan memberi nama “jalur TWKM”. Saya juga turut menyampaikan unek-unek tentang kekurangan alat khususnya karnmantle dan jumar. Dari aspirasi kami tersebut panitia memberikan keterangan bahwa dari pihak panitia tidak bisa memastikan namun akan mengusahakan pengadaan alat-alatnya paling lambat pada hari ketiga kegiatan. Seusai briefing kami kembali ke flying camp, menghabiskan sisa kopi dan snack sambil bersenda gurau. Tak lama kemudian satu per satu dari kami mulai hilang menuju tenda masing-masing dan beristirahat mempersiapkan stamina untuk kegiatan hari esoknya.
Sabtu, 23 November 2013
Sarapan |
Seperti biasa pukul 7.00 Idi membangunkan kami agar segera mempersiapkan makanan untuk sarapan pagi dan makan siang, sekaligus mempersiapkan diri untuk kegiatan pemanjatan. Panitia sudah mulai sibuk memindahkan peralatan dan logistik ke dalam perahu motor, segera kami bergegas untuk sarapan. pukul 9.00 WIT rombongan pertama menuju ke tebing, sementara rombongan kedua merapikan tenda dan flying camp yang berantakan jemari menunggu katingting. Pukul 9.30 WIT semua peserta dan panitia sudah sampai di lokasi.
Setelah stretching, kami mulai melakukan kegiatan pemanjatan. Saya melanjutkan jalur yang sudah dibuat kemarin, Leo menjadi belayer, sementara Irex mencoba-coba jalur sport terlebih dahulu. Belay-on, Saya mulai memasang tali pada runner dengan teknik cowstail to cowstail. Setelah sampai pada pengaman terakhir dengan ketinggian 20 meter saya menambahkan tiga pengaman, dua piton dan satu chok hexa ukuran sedang. Pada ketinggian 25-30 meter saya berencana membuat instalasi pitch untuk kapasitas tiga orang dan lintasan jumaring, namun dibawah si Kaleng sudah berteriak mengingatkan bahwa sebentar lagi waktu ishoma tiba. Kemudian saya selesaikan instalasi pitch untuk dua orang saja dan segera saya membuat instalasi rapeling, selanjutnya pukul 11.30 WIT saya rapeling turun dari tebing untuk ishoma.
Hingga pukul 13.00 WIT kami melanjutkan pemanjatan. Berhubung tali tubuh hanya ada dua, saya dan Leo naik terlebih dahulu dengan teknik jumaring, sementara Irex cleaning jalur dengan jumaring setelah saya melanjutkan pembuatan jalur dari pitch1 menuju pitch2. Baru empat pengaman terpasang dari pitch1 dan ketinggian baru bertambah sekitar 3 meter, tiba-tiba terjadi hujan lebat. Kami memutuskan untuk turun untuk berteduh, pukul 15.00 WIT hujan mulai reda, kami ingin melanjutkan pemanjatan, namun panitia menyarankan untuk melanjutkan pada hari berikutnya saja.
Pukul 15.30 panitia mulai packing alat, karena pakaian yang sudah terlanjur basah kuyub, sambil menunggu katingting kami bermain-main di laut terlebih dahulu. Pukul 17.00 WIT katingting datang, dan kami kembali menuju flying camp. sesampainya di flying camp kami mandi dan mencuci pakaian yang basah tadi di sungai Balanda. Selanjutnya, seperti biasa kami memasak untuk makan malam serta merapikan tenda yang berantakan karena angin yang cukup kencang selama hujan tadi siang.
Sementara itu pukul 20.00 WIT kami makan malam. Tak seperti biasanya, untuk malam ini briefing diadakan di flying camp peserta dan dilakukan lebih awal pukul 21.00 WIT. Panitia memberitahukan tentang hasil dari briefing sebelumnya yaitu sudah tersedianya peralatan untuk pembuatan jalur TWKM antara lain jenset, bor, dan hanger. Untuk artificial juga sudah disediakan jumar, piton, dan chok tambahan, namun untuk tali karnmantle masih diusahakan. Seusai briefing sebagian besar dari kami langsung menempatkan diri di tenda masing-masing karena sudah kelelahan.
Minggu, 24 November 2013
Kali ini bangun pagi agak telat tidak seperti biasanya, mungkin karena memang kelelahan, Idi yang biasa bangun paling pagi tetap bangun pertama dan membangunkan kami pukul 08.00 WIT. kami mulai mempersiapkan sarapan, dan memasak nasi sarapan saja karena hari ini panitia yang menyediakan makanan untuk ishoma di lokasi kegiatan. Kami berangkat menuju lokasi pukul 09.30 WIT dan sampai disana pukul 10.00 WIT.
![]() |
Pemasangan Anchor |
Pada pemanjatan hari ketiga Batak mulai melakukan pemasangan hanger pada jalur sport, sedangkan saya, Irex, dan Leo melanjutkan pemanjatan artificial. Irex melakukan jumaring ke pitch1 dan bersiap menjadi belayer, kemudian saya menyusul naik ke pitch1, setelah belay-on saya naik menuju pengaman terakhir yang telah dipasang hari kemarin dengan teknik cowstail to cowstail. Sementara itu Leo melakukan cleaning jalur dari ground-pitch1 dengan jumaring. Berbeda dari ground-pitch1, pada jalur pitch1 menuju pitch2 justru kami lebih banyak menggunakan piton sebagai tambatan, dalam pemanjatan hari ketiga ini saya memasang 3 piton angle ring, 1 bongbong, 1 blade ring, dan 2 chok stoper. Ketinggian kurang lebih mencapai 40-45 meter, namun waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 WIT, saya segera membuat lintasan untuk rapeling ke pitch1 kemudian kami turun untuk ishoma.
Irex |
Setelah ishoma kami kembali memanjat pukul 13.30 WIT, saya naik dengan jumaring dan menyelesaikan instalasi untuk pitch2. Butuh waktu agak lama saat menyelesaikan instalasi pitch2 karena disini sudah mulai jarang di jumpai cacat batuan untuk memasang tambatan. pukul 16.30 WIT selesailah instalasi untuk pitch2, kami segera turun untuk packing alat dan persiapan kembali ke flying camp.
Tepat pukul 18.00 WIT kami kembali ke camp. Seperti biasanya setelah sampai di flying camp kami bersih-bersih badan, selanjutnya memasak untuk makan malam. Pukul 20.30 WIT kami makan malam bersama, kali ini menunya ikan goreng hasil pancingan Komodo seharian tadi, Komodo tidak mengikuti kegiatan pemanjatan karena kaki nya masih cedera akibat terjatuh saat pemanjatan dan terbentur cukup keras di tebing dan panitia menyarankan dia agar tidak berkegiatan hingga kondisi nya membaik.
Pukul 22.00 WIT kami melakukan kegiatan untuk briefing hari terakhir pemanjatan, dari kegiatan hari ketiga ini telah dipasang dua hanger tambahan pada jalur sport serta pembuatan instalasi hingga pitch2 pada ketinggian 40-45 meter untuk jalur artificial. Panitia memberitahukan bahwa kegiatan hari keempat agar dimulai lebih awal pukul 08.00 WIT hingga pukul 17.00 WIT, sementara untuk konsumsi akan disediakan oleh panitia. Setelah briefing kami segera memasak nasi untuk sarapan besok pagi agar tidak tergesa-gesa. Setelah nasi masak, semua peralatan makan dibersihkan, kami segera beristirahat.
Senin, 25 November 2013
Keesokan harinya kami justru telat bangun lagi, Ahmad dan Opan (panitia) membangunkan kami pukul 08.00 WIT, Idi yang biasa bangun pagi malah belum bangun. Gerak cepat, segera cuci muka, gosok gigi, dan persiapan ke lokasi. Pukul 09.00 WIT kami menuju lokasi kegiatan dan sampai di lokasi seperti biasanya pukul 09.30 WIT. Sebelum Batak meneruskan pembuatan jalur TWKM dia terlebih dahulu melepas dua hanger pada jalur yang belum diselesaikan oleh panitia, sementara peserta yang lain mencoba memanjat jalur sport dengan 6 runner.
Pukul 10.30 WIT saya, Leo, dan Irex kembali meneruskan pemanjatan artificial, satu per satu dari kami mulai jumaring menuju pitch2, Irex menjadi belayer untuk mengamankan saya dalam pembuatan jalur menuju pitch3, sementara Leo melakukan dokumentasi pemanjatan dan cleaning jalur dari pitch1 ke pitch2, akan tetapi satu tali tubuh pada instalasi pitch1, anchor back up, dan installasi rapeling tidak di cleaning untuk memudahkan kami saat turun.
Pada saat membuat jalur ini saya merasa sangat kesulitan, dimana pada tebing sudah sangat jarang dijumpai cacat batuan, dengan memanfaatkan skyhook dan menggunakan dua stirap perlahan saya naik dan menjumpai lubang tembus kemudian menyisipkan prusik kedalamnya sebagai tambatan. Satu pengaman terpasang dan saya terus berusaha untuk menambah ketinggian. Masih saja jarang dijumpai cacat batuan pada medan selanjutnya, namun diatas saya melihat rekahan, cukup jauh jaraknya dari pengaman terakhir kira-kira satu setengah meter, saya tempatkan skyhook setinggi mungkin dan mulai menaiki stirap dengan sangat hati-hati, karena apabila saya jatuh longasi nya cukup jauh. Dan akhirnya saya berhasil memasang friend pada rekahan tersebut, kemudian memasang chok stoper ukuran besar. Kali ini kami sudah berada pada ketinggian 50-55 meter. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 WIT, kami segera turun untuk makan siang, kemudian melanjutkan pemanjatan pukul 13.00 WIT.
![]() |
Pitch2 - Pitch3 |
Kembali kami satu per satu naik ke pitch2, kami lanjutkan pembuatan jalur, dari pengaman terakhir saya pasang piton blade ring, chok hexa ukuran sedang, kemudian piton bongbong diatasnya, setelah itu kendala yang sama kembali saya alami, dimana keadaan medan tebing diatas terlihat mulus tanpa cacat, skyhook sudah ditempatkan setinggi mungkin, namun saya tak kunjung menjumpai cacat batuan sebagai tambatan, disini saya benar-benar bingung, waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIT, kemudian saya memutuskan untuk membuat instalasi pitch3, itupun hanya mampu saya buat untuk satu orang saja. Leo dan Irex sudah menyarankan untuk menghentikan pemanjatan. Dan inilah akhir dari pemanjatan kami di Tebing Sawai pada ketinggian 55-60 meter. Leo mulai turun, saya singgah sejenak di pitch3 untuk istirahat dan menikmati pemandangan yang menakjubkan dari tebing.
Pemandangan dari Pitch |
Pukul 16.00 WIT saya mulai cleaning jalur secara manual cowstail to cowstail dari pitch3 ke pitch2, kemudian Irex turun membawa peralatan yang sudah di cleaning, selanjutnya dari pitch2 ke pitch1 saya buat lintasan rapeling simpul lepas dengan meninggalkan satu piton bongbong yang kebetulan memang terlalu sulit untuk di cleaning. Selanjutnya dari pitch1 ke ground saya buat lintasan rapeling simpul lepas dengan memanfaatkan pohon sebagai pengaman terakhir. Pukul 17.45 Jalur sudah clean dan sampailah kami bertiga di ground dengan selamat. Sementara itu batak sudah menyelesaikan jalur TWKM dengan ketinggian 20-25 meter dan 7 runner, jika dilihat jalur ini tampak sepele dan mudah untuk dipanjat, tapi setelah dicoba benar2 menguras tenaga.
![]() |
Jalur TWKM dan jalur artificial |
Kami semua mulai cleaning dan packing untuk meninggalkan tebing, pukul 18.30 WIT kami kembali ke flying camp dan meninggalkan tebing sawai, berakhirlah sudah kegiatan pemanjatan pada acara kenal medan rock climbing. Setelah sampai di flying camp pukul 19.00 WIT kami bersih-bersih badan kemudian makan malam bersama. Setelah itu pukul 21.30 WIT kami melakukan evaluasi kegiatan dan briefing untuk jalan-jalan ke pantai Orha. Pada saat evaluasi saya sampaikan kendala-kendala yang menyebabkan pemanjatan kami tidak bisa menggapai top tebing antara lain; waktu kegiatan yang begitu terbatas, terlambatnya ketersediaan tali, kesulitan membagi satu tali menjadi berbagai instalasi, dan perbedaan pemahaman tentang artificial climbing dalam anggota tim. Bang Alirahman sebagai penanggungjawab kenal medan rock climbing juga menyampaikan permohonan maafnya atas segala kekurangan panitia. Beliau juga mengumumkan bahwa hari esok pukul 09.00 WIT sebelum menuju ke desa Saleman semua peserta akan diajak ke pantai Orha untuk sekedar menikmati pemandangan alam dan foto-foto.
Seusai briefing dan evaluasi kami berbincang dan bersenda gurau satu sama lain menikmati malam terakhir di camp pantai Belanda, kami juga saling bertukar kontak person dan atribut dari masing-masing OPA.Malam itu malam panjang dan begitu ramai karena anak-anak dari divisi caving dan diving juga bermalam di pantai Belanda, kami baru mulai masuk tenda dan tidur pukul 04.00 WIT.
Selasa, 26 November 2013
Pukul 09.00 WIT kami menuju pantai Orha, disinilah lokasi kenal medan divisi diving, di pantai orha ini terdapat suatu penginapan terapung yang dikelola oleh perorangan, tarifnya cukup mahal antara 200-250 ribu per malam, disana kita bisa melihat pantai dengan pasir putih yang berkilau jika terkena sinar matahari serta pemandangan taman bawah laut yang indah dilihat dari rumah panggung.
Pukul 12.00 WIT kami kembali ke pantai Belanda untuk packing, cleaning, dan bersiap-siap menuju desa Saleman, semua barang-barang kami diangkut menggunakan katingting, sementara itu pukul 14.30 WIT kami berjalan kaki meninggalkan pantai Belanda menuju Desa Saleman.
Sesampainya di Saleman kami singgah di balai desa lagi, kala itu hujan turun begitu deras, menurut keterangan dari panitia sudah tidak ada upacara penutupan dan sebagainya namun kami bermalam disini untuk menunggu transport yang menjemput untuk kembali ke Tulehu.
Pukul 19.00 WIT kami ishoma, makan malam, makan siang, sekaligus sarapan karena di camp tadi belum sempat sarapan dan tidak ada sesi makan siang. Setelah itu tidak ada lagi agenda kegiatan dan kami memanfaatkan waktu untuk ngobrol-ngobrol, dan jalan-jalan keliling kampung, sebagian memilih untuk memancing ikan di pantai.
Rabu, 27 November 2013
![]() |
TERIMA KASIH |
Pukul 07.00 WIT kami bangun dan mulai bersiap-siap kembali ke Unidar, pukul 09.00 WIT kami mulai meninggalkan desa Saleman menggunakan transportasi truk bak kayu, dalam perjalanan matahari begitu menyengat kulit, namun semua peserta tampak begitu gembira. Pukul 13.40 WIT sampailah kami di pelabuhan Waipirit-Masohi, perut sudah mulai lapar, panitia kemudian menyediakan nasi bungkus untuk makan siang di pelabuhan, kapal feri mulai berangkat pukul 14.30 WIT dan sampai di pelabuhan Liyang-Salahutu pukul 15.45 WIT. Kami tidak langsung menuju Universitas Darussalam, namun singgah di pemandian air panas Tulehu yang letaknya sudah tidak jauh dari Unidar untuk berendam dan melepas lelah. Pukul 18.00 WIT kami melanjutkan perjalanan dan tiba di Unidar pukul 18.30 WIT dan bertemu kembali dengan saudara saya Agung Purnama Marfi yang mengikuti kegiatan Temu Wicara.
Source: anggaraaw.blogspot.com
Source: anggaraaw.blogspot.com